Waktu Terbaik Makan Sahur dan Batas Akhirnya Ternyata Menjelang Azan Subuh, Seukuran Membaca 50 Ayat
SUKABUMI, iNewsSukabumi.id - Waktu terbaik makan sahur dan batas akhirnya patut diketahui Muslim yang hendak makan sahur pada saat bulan Ramadhan. Rasulullah Shallallahu’alaihi wa sallam ternyata mengajarkan dan menyontohkannya.
Dari Anas bin Malik radhiyallahu’anhu, dari Zaid bin Tsabit radhiyallahu’anhu, beliau berkata,
تَسَحَّرْنَا مَعَ النَّبِيِّ صلى الله عليه وسلم ثُمَّ قَامَ إِلَى الصَّلاَةِ قُلْتُ كَمْ كَانَ بَيْنَ الأَذَانِ وَالسَّحُورِ قَالَ قَدْرُ خَمْسِينَ آيَةً
“Kami makan sahur bersama Nabi shallallahu’alaihi wa sallam, kemudian beliau bangkit untuk sholat Subuh.” Aku (Anas bin Malik) berkata: Berapa jarak antara adzan dan waktu selesai makan sahur? Beliau (Zaid bin Tsabit) berkata: “Seukuran membaca 50 ayat.” [HR. Al-Bukhari dan Muslim]
Al-Hafizh Ibnu Hajar rahimahullah berkata,
قَدْرُ خَمْسِينَ آيَةً أَيْ مُتَوَسِّطَةً لَا طَوِيلَةً وَلَا قَصِيرَةً لَا سَرِيعَةً وَلَا بَطِيئَةً
“Seukuran 50 ayat adalah yang pertengahan, tidak panjang dan tidak pendek, tidak dibaca cepat dan tidak pula lambat.” [Fathul Baari, 4/138]
Ustaz Sofyan Chalid bin Idham Ruray, Lc menjelaskan Asy-Syaikh Ibnul ‘Utsaimin rahimahullah berkata,
خمسون آية: من عشر دقائق إلى ربع الساعة إذا قرأ الإنسان قراءة مرتلة أو دون ذلك وهذا يدل على أن الرسول صلى الله عليه وسلم يؤخر السحور تأخيرا بالغا وعلى أنه يقدم صلاة الفجر ولا يتأخر
“Seukuran membaca 50 ayat adalah sekitar 10 sampai 15 menit (sebelum Subuh), jika seseorang membaca dengan perlahan-lahan atau sedikit lambat. Dan ini menunjukkan bahwa Rasul shallallahu’alaihi wa sallam benar-benar mengakhirkan waktu sahur dan bahwa beliau bersegera untuk sholat Subuh, tidak terlambat.” [Syarhu Riyadhis Shalihin, 5/285]
Hadits yang mulia di atas juga menunjukkan bahwa selesainya makan sahur sebelum terbit fajar.
Al-Imam Al-Qurthubi rahimahullah berkata,
فِيهِ دَلَالَةٌ عَلَى أَنَّ الْفَرَاغَ مِنَ السُّحُورِ كَانَ قَبْلَ طُلُوعِ الْفَجْرِ
“Dalam hadits ini ada petunjuk bahwa selesai makan sahur sebelum terbit fajar.” [Fathul Baari, 4/138-139]
Permasalahan Waktu Imsak
Imsak artinya menahan diri, tidak boleh lagi makan dan minum serta melakukan seluruh pembatal puasa.
Kapan seharusnya mulai waktu imsak?
Waktu imsak adalah masuk waktu sholat Subuh, yaitu ketika terbit fajar, sebagaimana firman Allah ta’ala,
وَكُلُواْ وَاشْرَبُواْ حَتَّى يَتَبَيَّنَ لَكُمُ الْخَيْطُ الأَبْيَضُ مِنَ الْخَيْطِ الأَسْوَدِ مِنَ الْفَجْرِ
“Dan makan minumlah hingga terang bagimu benang putih dari benang hitam, yaitu fajar.” [Al-Baqoroh: 187]
Fajar yang dimaksud adalah fajar yang kedua atau fajar shodiq, yaitu garis putih atau cahaya putih yang membentang secara horizontal di ufuk Timur, membentang dari Utara ke Selatan.[1]
Apabila fajar tersebut telah muncul, maka masuklah waktu Shubuh dan itulah awal waktu puasa, tidak boleh lagi makan dan minum atau melakukan salah satu pembatal puasa.
Sedang fajar yang pertama atau fajar kadzib adalah garis putih atau cahaya putih yang memanjang secara vertikal,[2] tidak membentang.[3]
Adapun penetapan waktu imsak sebelum terbit fajar maka termasuk mengada-ada dalam agama, tidak ada contohnya dari Rasulullah shallallahu’alaihi wa sallam.[4]
Catatan Kaki:
[1] Dalam istilah Astronomi disebut: “Zodiacal light”.
[2] Dalam istilah Astronomi disebut: “Twilight”.
[3] Lihat Ash-Shiyaamu fil Islam, hal. 248-252.
[4] Lihat Fathul Baari, 4/199.
Editor : Vitrianda Hilba SiregarEditor Jakarta
Artikel Terkait