JAKARTA, iNewsSukabumi.id - Apa reaksi Sutiyoso saat diperintah penugasan berat operasi penyusupan oleh raja intel LB Moerdani menyusup ke wilayah Timor Timur kini berganti nama menjadi Timor Leste
LB Moerdani saat itu menjabat sebagai Asisten Intelijen di Departemen Pertahanan dan Keamanan dan memiliki pangkat Brigadir Jenderal TNI. Pada saat yang sama, Sutiyoso memegang pangkat Perwira Pertama dalam TNI Angkatan Darat.
Sutiyoso. Foto: Istimewa
Meskipun tugas ini sangat berat, bagi Sutiyoso tugas tersebut dianggap sebagai suatu kehormatan. Oleh karena itu, dengan bangga pria yang lahir di Semarang tetap menjalankan tugasnya.
Perintah ini menjadi awal dari serangkaian operasi intelijen militer yang dilakukan oleh Kopassandha (Kopassus) sebelum penaklukan Timor Portugal.
Jika dilihat dari perspektif biasa, perintah yang diberikan oleh Benny Moerdani kepada Sutiyoso seolah-olah merupakan permintaan untuk berkorban. Sebab, Sutiyoso harus menyusup ke dalam wilayah musuh seorang diri dengan perlengkapan yang minim.
"Buatlah dua titik masuk ke Timor-Timur. Kamu punya satu minggu waktu, lakukan dengan kerahasiaan.
Jika tertangkap, kamu tidak akan dianggap sebagai prajurit," ujar Benny memberikan perintah kepada Sutiyoso.
Kisah ini diungkapkan dalam buku berjudul 'Benny Moerdani yang Belum Terungkap'. Sutiyoso kemudian memasuki wilayah Timor-Timur melalui kota Atambua di Nusa Tenggara Timur (NTT), yang merupakan perbatasan antara Indonesia dan Timor-Timur yang pada saat itu masih dikenal sebagai Timor Portugal. Setelah berhasil masuk, Sutiyoso menyamar sebagai berbagai identitas, mulai dari seorang mahasiswa hingga seorang pekerja angkutan.
Tidak tanpa rintangan, usaha penyamaran yang dilakukan oleh Sutiyoso hampir terdeteksi oleh beberapa anggota Front Revolusi Kemerdekaan Timor-Leste (Fretilin). Walaupun begitu, pada akhirnya Sutiyoso berhasil menyelesaikan tugasnya karena berhasil menemukan celah untuk menyusup pada pertengahan tahun 1975.
Berkat kesuksesan Sutiyoso di Timor-Timur, Benny segera membentuk Operasi Flamboyan, yang menjadi dasar bagi Operasi Seroja yang dimulai pada tanggal 7 Desember 1975.
Editor : Vitrianda Hilba SiregarEditor Jakarta