get app
inews
Aa Read Next : Miris! Investasi Apple di Indonesia Cuma Rp1,6 T Padahal di Vietnam Bisa Tembus Rp225 Triliun

Kisah Ramalan Prabu Jayabaya soal 2 Pemimpin Besar di Indonesia Bakal Saling Jegal dan Bermusuhan 

Jum'at, 12 April 2024 | 05:48 WIB
header img
Ramalan Prabu Jayabaya soal dua pemimpin besar di Indonesia yang bakal saling jegal dan bermusuhan. Foto Ilustrasi SINDOnews

JAKARTA, iNewsSukabumi.id -  Prabu Jayabaya, Raja Kediri yang terkenal, sering kali dikenal karena meramalkan beberapa peristiwa jauh sebelumnya. Salah satu Ramalan Jayabaya adalah mengenai Satrio Piningit dan pemimpin Nusantara yang dihormati.

Dalam Kitab Musasar Jayabaya, disebutkan bahwa di bait 18, beliau sempat meramalkan tentang para pemimpin cerdas yang dimiliki oleh Indonesia. Bait 18 tersebut berbunyi:

Dene jejuluke nata, 
Lung gadung rara nglingkasi, 
Nuli salin gajah meta, 
Semune tengu lelaki, 
Sewidak warsa nuli, 
Ana dhawuhing bebendu, 
Kelem negaranira, 
Kuwur tataning negari,
Duk semana pametune wong ing ndesa..

Lung Gadung Rara Nglikasi, seorang pemimpin yang pernah penuh inisiatif (cerdas), namun rentan tergoda oleh wanita. Ini merujuk pada Soekarno, presiden pertama RI, seperti yang disebutkan dalam buku "Misteri Ramalan Jayabaya: Siapa Pemimpin Selanjutnya di Negeri Ini".

Sementara itu, Gajah Meta Semune Tengu Lelaki adalah pemimpin yang kuat, dihormati, atau ditakuti, tetapi akhirnya mengalami kehinaan atau kejatuhan. Ini menggambarkan Soeharto, presiden kedua RI. Dalam bait ini juga dijelaskan bahwa negara telah menerima kutukan selama enam puluh tahun, menyebabkan ketidakpastian hukum.

Jayabaya juga konon meramalkan perseteruan antara dua pemimpin besar di Indonesia, seperti perseteruan antara trah Pajang yang diwakili oleh Jaka Tingkir, dan trah Mataram Pakubuwana. Hal ini disebutkan dalam bait 20: 

Bojode ingkang negara, 
Narendra pisah lan abdi, 
Prabupati sowang-sowang, 
Samana ngalih nagari, 
Jaman Kutila genti, 
Kara murka ratunipun, 
Semana linambangan, 
Dene Maolana Ngali, 
Panji loro semune Pajang Mataram.

Artinya, "Negara rusak, raja berpisah dengan rakyat, bupati berdiri sendiri-sendiri, kemudian berganti zaman Kutila, rajanya Kara Murka, lambangnya Panji Loro Semune Pajang Mataram."

Bait ini menggambarkan situasi negara yang kacau. Pemimpin jauh dari rakyat, dan dimulainya era baru dengan apa yang dinamakan otonomi daerah sebagai implikasi bergulirnya reformasi (zaman Kutila). Karakter pemimpinnya saling menjegal untuk menjatuhkan (raja kara murka). Perlambang Panji loro semune Pajang Mataram bermakna ada dua kekuatan pimpinan.  

Editor : Suriya Mohamad Said

Follow Berita iNews Sukabumi di Google News Lihat Berita Lainnya
iNews.id
iNews Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik lebih lanjut