JAKARTA, iNews.id — Nasida Ria, grup kasidah ini baru saja menjadi perhatian publik Indonesia setelah tampil dalam festival musik di Jerman, Documenta Fifteen pada 18 Juni 2022. Nasida Ria bersama musisi lainnya, Rizan Said, Blacksistars, Turkana, Adama Keita, OomLeo Berkaraoke, dan DJ Bernd Kuchinke diundang sebagai pembuka rangkaian acara festival musik tersebut yang hanya digelar setiap 5 tahun sekali.
Selama manggung di Documenta Fifteen, grup kasidah ini menyanyikan lagu Perdamaian yang disambut antusiasme penonton. Berita membanggakan tersebut seketika menjadi viral di jagat dunia maya. Meskipun sempat terkenal di tahun 80 sampai 2000-an awal, banyak orang mungkin masih asing dengan Nasida Ria.
Nasida Ria pertama kali dibentuk oleh H.M. Zain di Semarang pada tahun 1975 dengan tujuan untuk menyampaikan pesan-pesan kebaikan atau dakwah melalui musik. Nama Nasida Ria dipilih karena ‘Nasida’ berarti lagu Islami dan ‘Ria’ berarti semarak. ‘Nasida Ria’ yang terdiri dari 9 huruf juga merujuk pada jumlah Wali Sanga yang menyebarkan Islam di tanah Jawa.
Grup kasidah ini awalnya beranggotakan 9 orang yang seluruhnya merupakan santriwati pengajian yang dibina oleh H.M. Zain. Sembilan orang tersebut bernama Mudrikah Zain, Mutoharoh, Rien Jamain, Umi Kholifah, Musyarofah, Nunung, Alfiyah, Kudriyah dan Nur Ain. Alabaladil Mahbub merupakan album perdana Nasida Ria yang dirilis pada 1978 di bawah naungan label rekaman Ira Puspita Record.
Di waktu itu, alat musik yang mereka gunakan tidak selengkap saat ini, yakni hanya memakai rebana.
Namun karena Wali kota Semarang saat itu, Iman Soeparto Tjakrajoeda begitu terkesan dengan lagu-lagu yang dibawakan oleh Nasida Ria, maka ia pun memberikan satu unit keyboard kepada Nasida Ria sebagai hadiah. Selanjutnya, popularitas Nasida Ria semakin melejit hingga membuat sebuah perusahaan rokok menghadiahkan gitar dan bas. Nasida Ria akhirnya melengkapi personilnya dengan alat musik modern lainnya. Tak hanya itu, Nasida Ria juga mengubah bahasa yang digunakan dalam lirik lagunya yang awalnya Bahasa Arab menjadi Bahasa Indonesia agar lebih dipahami.
Perubahan tersebut berdasarkan saran dari pemuka agama, Kyai Ahmad Buchori Masruri. Nasida Ria pun semakin melejit setelah merilis lagu bertajuk ‘Perdamaian’ pada tahun 1980. Dari situlah, lagu-lagu Nasida Ria yang diciptakan di tahun-tahun berikutnya tak pernah kalah pamor.
Beberapa lagu Nasida Ria yang sangat populer di masanya adalah Pengantin Baru, Tahun 2000, Jilbab Putih, Anakku, dan Kota Santri. Grup kasidah ini juga beberapa kali diundang manggung ke mancanegara, seperti Malaysia hingga Jerman.
Namun di tahun 2000-an, popularitas Nasida Ria semakin meredup hingga beberapa anggota akhirnya harus pensiun. Kini, Nasida Ria kembali bangkit dengan merilis lagu-lagunya di kanal YouTube agar semakin dikenal luas. Anggotanya pun saat ini berjumlah 12 orang yang dimanajeri oleh Chaliq Zain. Berbagai promosi di media sosial hingga membuat film dokumenter telah dilakukan untuk menghidupkan kembali grup kasidah tertua di Indonesia ini.
Editor : Eka L. Prasetya
Artikel Terkait