Perempuan kelahiran 1 november 1937 ini memulai kariernya di kota Semarang dengan mengikuti kontes menyanyi “Bintang Radio”. Nama Titiek puspa diperoleh dari nama Titiek yang merupakan panggilannya sehari-hari dan puspa dari “puspo” yang berasal dari nama bapaknya.
Nama panggungnya dipilih oleh Presiden Soekarno pada 1950-an. Selain menyanyi Titiek Puspa juga sempat menggarap beberapa operet yang digemari oleh pemirsa TVRI pada masa itu seperti operet Bawang Merah Bawang Putih, Ketupat Lebaran, Kartini Manusiawi, dan Ronce-ronce, dan lainnya.
Dalam perjalanan musiknya rekaman piringan hitam pertamanya bertajuk Gembira yang berisikan lagu-lagunya yang dinyanyikan solo dan berduet dengan Tuty Daulay. Pada 1960 Titiek juga sempat menjadi penyanyi tetap pada orkes Studio Jakarta yang mulai melambungkan namanya.
Namun pada 1962 Titiek memutuskan untuk berhenti dari orkes Studio Jakarta dan mulai belajar untuk menulis lagu dari Zainal Ardi yang menjadi suaminya pada saat itu. Pada tahun berikutnya Titiek meluncurkan albumnya yang berjudul Si Hitam dan Pita (1963) yang berisi 12 lagu.
Tiap albumnya semuanya adalah ciptaannya sendiri dan menjadi populer saat itu. Sejak saat itu Titiek terus meluncurkan album solo maupun album bersama beberapa penyanyi lainnya seperti Irama Lenso dan Bing Selamet. Selain menyanyi dan menulis lagu, Titiek Puspa juga terjun ke dunia akting. Kemampuannya dalam menggarap operet membuatnya berani untuk melebarkan karyanya dengan terlibat di beberapa film. Itulah artis legendaris yang yang diberi nama panggung oleh Soekarno dan berhasil sukses hingga akhir hayat mereka.
Editor : Eka L. Prasetya
Artikel Terkait