JAYAPURA, iNewsSukabumi.id- Menjabat sebagai pemimpin Grup A dalam Pasukan Pengamanan Presiden (Paspamres), yang bertanggung jawab atas keselamatan dan keamanan Presiden Joko Widodo (Jokowi), telah menciptakan kesan yang kuat pada Mayjen TNI Mohamad Hasan.
Ini disebabkan oleh fakta bahwa sebagai Panglima Daerah Militer (Pangdam) Jaya yang kini menjabat, ia harus sangat berhati-hati dalam mengambil keputusan saat melindungi Jokowi. Terlebih lagi, individu yang menempati posisi tertinggi di Indonesia ini dikenal karena kebiasaannya untuk melakukan kunjungan langsung ke berbagai tempat, termasuk wilayah-wilayah berisiko tinggi seperti Papua, guna memantau proyek-proyek pembangunan infrastruktur.
Dalam buku biografinya berjudul "Menjaga Jokowi Menjaga Nusantara: Catatan Perjalanan Jaguar Komandan Grup A Pasukan Pengamanan Presiden", Mohamad Hasan memaparkan bagaimana ia menjalankan tugas pengamanan yang sangat ketat saat Jokowi melakukan perjalanan ke Papua untuk memeriksa perkembangan pembangunan jalan trans Papua.
Pada kesempatan tersebut, Jokowi harus melakukan perjalanan darat menggunakan sepeda motor trail dari Wamena menuju Habema.
Bagi mantan Komandan Jenderal Komando Pasukan Khusus (Danjen Kopassus) ini, melintasi jalan dari Wamena sampai Danau Habema dengan menggunakan motor trail merupakan salah satu perjalanan dinas yang paling berisiko bagi Presiden Jokowi. Ini disebabkan oleh status Wamena sebagai ibu kota Kabupaten Jayawijaya yang masih dianggap sebagai wilayah "Merah" atau berbahaya. Pasalnya, perjalanan ke arah Tiom, Kabupaten Lanny Jaya, masih sering menghadapi risiko penghadangan oleh Kelompok Kriminal Bersenjata (KKB).
Untuk mengantisipasi kemungkinan yang tidak diinginkan, Mohamad Hasan langsung berkomunikasi dengan mantan anggota Kopassus yang saat ini menjabat sebagai Komandan Pos Satuan Tugas Intelijen di Wamena, yaitu Kapten Infanteri Maulana. Tujuannya adalah untuk memantau pergerakan kelompok tersebut.
”Dari Kapten Inf. Maulana saya banyak mendapat informasi tentang kondisi terakhir di Kabupaten Jaya Wijaya dan Lanny Jaya. Informasi itu sangat berguna untuk bahan pertimbangan saat melakukan pengawalan Presiden Jokowi selama di Wamena dan sekitarnya,” ujarnya, Kamis (10/8/2023).
Pada saat itu, disertai oleh Ibu Iriana Joko Widodo, Panglima TNI Jenderal Gatot Nurmantyo, Menteri Pekerjaan Umum Basuki Hadimuljono, Kepala Staf Kepresidenan Teten Masduki, dan Kepala Staf Angkatan Darat (KSAD) Jenderal TNI Mulyono, serta Danpaspampres tiba di Wamena.
Di Kodim Jayawijaya, Jokowi sempat mencoba mengendarai sepeda motor trail di halaman belakang. Setelah persiapan selesai, perjalanan pun dimulai. Mengendarai motor trail yang diimpor khusus dari Istana Bogor, Presiden Jokowi melewati jalan beraspal dan jalan berbatu sepanjang 10 kilometer dengan jurang di kedua sisi jalan. Jalan terjal dan berkelok-kelok yang dilalui menimbulkan ancaman nyata, karena jalan yang tidak berlapis aspal cenderung licin.
Mantan Panglima Daerah Militer (Pangdam) Iskandar Muda (IM) Aceh ini berusaha untuk selalu berada di sebelah kanan Presiden, sehingga dia dapat melindungi Presiden jika terjadi situasi yang berbahaya.
Ketakutan akan situasi berbahaya hampir terjadi, meskipun Presiden bisa menguasai motornya, namun di beberapa jalan menanjak, motor yang dikendarai Jokowi sempat mati karena lupa mengganti gigi ke posisi yang lebih rendah.
Melihat situasi tersebut, pria yang lahir di Sumatera Barat pada tanggal 13 Maret 1971 ini dengan cepat mendekati dan menahan motor Jokowi agar tidak mundur secara tiba-tiba.
“Sejauh yang saya ingat dua kali motor Presiden mati mesin di medan menanjak. Meski demikian perjalanan menerabas Wamena Habema berjalan lancar dan rombongan Presiden Jokowi tiba di pinggir Danau Habema dalam keadaan selamat,” timpalnya.
Diakuinya, perjalanan mengawal Presiden Jokowi meninjau jalan Trans Papua menggunakan motor trail memang sangat menegangkan. Keberanian Presiden diimbangi dengan kesiapan dan keseriusan aparat keamanan dalam menjalankan seluruh pengamanan.
”Rasa syukur saya panjatkan karena berhasil melalui sebuah momen tergila dalam mengawal Jokowi,” tuturnya.
Operasi Intelijen Kopassus Menjinakkan OPM
Kunjungan Presiden Jokowi yang sukses ke Wamena, Papua, untuk meninjau pembangunan jalan Trans Papua memiliki hubungan dengan operasi intelijen dari Kopassus. Mohamad Hasan menjelaskan bahwa sebelum pelaksanaan kunjungan Presiden ke Wamena, ia berkomunikasi dengan Kolonel Infanteri Agung Winatha, yang menjabat sebagai Komandan Satuan Tugas Sandi Yudha Kopassus.
“Kepada Kolonel Agung saya meminta agar anggota Satgas Kopassus di Lanny Jaya dan Wamena melakukan penggalangan kepada kelompok Purom Okiman Wenda agar tidak melakukan gerakan selama kunjungan Presiden di wilayah Jayawijaya,” katanya.
Mantan Komandan Resor Militer 061/Suryakancana juga mengungkapkan bahwa Satuan Tugas (Satgas) telah mengirimkan bantuan berupa beras, gula, pinang, dan rokok kepada kelompok OPM tersebut. Ia juga meminta agar kelompok OPM tidak melakukan pergerakan selama kunjungan Presiden di wilayah tersebut. Hal ini dikarenakan TNI dan Polri akan mendeploy pasukan dalam jumlah yang sangat besar sepanjang rute yang akan dilalui oleh Presiden.
“Pengondisian itu tampaknya membuat OPM tak berani keluar dari markas mereka. Alhamdulillah, selama kunjungan jalan Trans Papua Wamena-Haema tidak terjadi gangguan dari kelompok OPM,” tandasnya.
Editor : Suriya Mohamad Said