JAKARTA, iNews.id — Gelombang Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) mulai menerpa sejumlah perusahaan rintisan atau startup di Tanah Air. PHK bagaikan mimpi buruk bagi karyawan yang ter-PHK dan juga bisa menurunkan semangat karyawan lain yang masih bertahan.
Bahkan, tak sedikit yang akhirnya ikut menyerah dan keluar. Setelah sebelumnya sejumlah perusahaan di sektor-sektor tertentu berjaya di tengah ketatnya pembatasan gerak masyarakat akibat pandemi Covid-19, saat ini mereka harus kembali menyesuaikan bisnis modelnya di tengah dinamisnya kondisi kehidupan.
Perubahan tersebut cenderung membuat investor pada beberapa perusahaan startup mulai berfikir ulang untuk menggelontorkan dana segar yang menjadi bahan bakar dari sebuah bisnis.
Hal ini praktis membuat perusahaan startup sulit menjalankan operasional, sebab modal yang dimiliki sebelumnya tidak menghasilkan keuntungan.
Salah seorang mantan pegawai pada salah satu perusahaan startup di bidang fast moving consumer goods (FMGC), Vina memutuskan untuk mengundurkan diri dari pekerjaannya. Sebab, perusahaannya Artha Berkat Digital (ABD) tidak membayarkan beberapa gaji pegawainya selama 5 bulan berturut-turut.
ABD sendiri merupakan sebuah perusahan penjualan produk warung berbasis aplikasi. "Saya enggak dibayar gajinya dari bulan Juli sampai November 2021, akhirnya saya dan beberapa teman saya memutuskan untuk resign," kata Vina saat dihubungi MNC Portal Indonesia (MPI), dikutip hari ini.
Vina dan beberapa teman lainnya juga sempat menanyakan haknya kepada perusahaan. Namun, dirinya hanya diberikan sebuah ucapan janji, bukannya gaji. Akhirnya, Vina dan lebih dari 10 orang lainnya langsung mengundurkan diri.
Vina yang juga bekerja di bagian recruitment menjelaskan, perusahaan jarang sekali mengeluarkan karyawan, tapi di balik itu ada banyak karyawan yang telah mengundurkan diri karena ketidakjelasaan perusahaan dalam pembayaran upah kerja.
Bahkan, pihak perusahaan mengeluarkan alasan kalau saat itu belum ada investor. "Kami sempat menanyakan kepada pihak perusahan, Alasannya karena menunggu dana investasi tapi pada akhirnya resign sih banyak ya," ungkapnya.
Vina menjelaskan strategi perusahaan ketika mendapatkan dana dari investor memang tidak seperti yang banyak dilakukan perusahaan startup besar lain yang lebih banyak memberikan promo kepada para konsumennya. Namun, lebih ke penguatan konsep, yang hingga saat ini menurut Vina terbukti gagal.
"Mereka hire itu posisi-posisi top level, Jadi, selama di sana baru konsep-konsep aja. Operasional juga tidak terlalu bagus, margin produk warung juga kan kecil, tapi difokuskan sama konsep aja," tuturnya.
Bekerja di divisi rekruitmen, Vina melihat terjadi proses yang cukup massif. Bukan hanya di level top namun juga banyak sales-sales baru, yang pada akhirnya bekerja keras untuk menawarkan berbagai promo menarik kepada perusahaan. Meski memutuskan keluar dari kantornya, Vina mengaku saat ini sudah mendapatkan pekerjaan baru. Bahkan, sudah dimulai tidak lama setelah dirinya memutuskan keluar dari perusahaan yang tidak membayarkan gaji para karyawannya selama 5 bulan.
"Di Desember 2021 Puji Tuhan saya diterima bekerja di kantor lain. Saya kapok kerja di startup," gurau Vina.
Salah satu pegawai lain yang sempat menjadi pegawai perusahaan startup di bidang properti Jendela360, Gde Aditya juga sempat menjadi korban PHK dari perusahaannya. Alasan yang diterima Gde karena pandemi Covid-19.
"Ketika pandemi itu otomatis peminat apartemen itu jadi berkumandang kan, otomatis daya beli masyarakat turun. Nah, agar perusahaan bisa on going, maka Jendela360 itu kemarin sempat PHK beberapa karyawan," bebernya.
Gde mengatakan beberapa startup memang pada saat pandemi ada yang diuntungkan namun juga banyak yang harus menahan kerugian. Mereka yang kuat karena memiliki layanan digital untuk memenuhi aktivitas masyarakat yang tidak boleh keluar rumah.
"Sekarang kan sudah mulai balik lagi ke waktu sebelum pandemi, sudah banyak yang tidak pakai masker, sudah banyak yang melakukan aktivitas di luar rumah juga," lanjutnya.
Menanggapi fenomena tersebut, Praktisi dan Konsultan Marketing dari Inventure Yuswohady mengatakan, PHK yang dilakukan oleh beberapa perusahaan startup belakangan merupakan bentuk rasionalisasi.
Menurut dia, startup merupakan perusahaan yang bisa dikatakan tidak natural perkembangannya. Sebab, berkembangnya dengan sangat cepat mengandalkan suntikan dana investor. Ketika suntikan dana itu tidak selancar sebelumnya, maka mereka mulai melakukan rasionalisasi, atau bisa dibilang para perusahaan startup ini mulai mencari cara untuk mendapatkan keuntungan operasional.
Yuswohady menjelaskan, cara terdekat untuk menambahkan keuntungan adalah dengan memangkas karyawan, bahkan lebih gila lagi tidak membayarnya, seperti perusahaan ABD, sebab upah karyawan merupakan salah satu cost yang besar.
"Investornya mulai berkurang karena kurang profit, maka untuk bisa survive dia harus cepat mereka mencari profitability," kata Yuswohady saat dihubungi MNC Portal Indonesia.
Menurut dia, ke depan startup perlu mulai memikirkan aspek profitability atau laba, bukan hanya sekadar mencari market yang luas secara instan dengan bakar uang. Sehingga, perusahaan bisa bertahan dan berkembang secara perlahan. Jika benar startup tengah masuk dalam 'musim gugur', maka seharusnya juga ada satu musim yang mana menjadi momen bersemi para startup. Namun, berbeda dengan proses tumbuhan, startup tidak bisa mengandalkan alam, harus segera memiliki pola perubahan.
Editor : Eka L. Prasetya