JAKARTA, iNews.id — Mahalnya harga cabai sampai dengan saat ini adalah permintaannya tinggi namun pasokannya kurang. Kurangnya pasokan disebabkan oleh dua hal, yakni faktor cuaca yang tidak menentu dan kondisi tanah yang mengalami kerusakan.
Hal tersebut disampaikan Ketua Umum Asosiasi Agribisnis Cabai Indonesia Abdul Hamid. Dia menyebut masalah utama krisis pasokan cabai saat ini adalah pada kondisi tanah yang rusak. Naik-turunnya harga cabai pasti disebabkan oleh supply-demand.
Dalam kondisi saat ini, harga cabai mahal disebabkan supply yang kurang. "Nah kita harus tahu kenapa supplynya kurang. Ada yang mengatakan bahwa cuaca kita, iklim kita mengganggu, benar. Tapi itu masalahnya adalah masalah sekunder, bukan masalah utama. Masalah utama itu pada tanah kita. Ya, tanah kita itu sedang tidak baik-baik, mereka sedang sakit," kata Abdul Hamid, dalam program Market Review di IDX Channel, Jumat (17/6/2022).
Dia menjelaskan, selain kondisi tanah sedang sakit, petani juga tidak ada inovasi untuk melakukan budidaya, ditambah kondisi cuaca yang tidak menentu sehingga menyebabkan kondisi yang kurang baik.
"Kalau seandainya kita edukasi petani, tanahnya kita perbaiki, dengan kondisi begini tentu bisalah masih bagus-bagus saja," ujar Abdul Hamid.
Menurut dia, kondisi tanah yang sakit seperti sekarang bisa saja diperbaiki hanya tinggal keinginan dan kemauan semua pihak. Menurutnya kunci utama memang berada pada tanah.
"Kita sama-sama tahu beberapa minggu yang lalu dari guru besar IPB mengatakan 72 persen tanah kita rusak. Itu sebenarnya kita sudah tahu sekitar 13 tahun yang lalu bahwa kondisi kita akan sulit," ungkap Abdul Hamid.
Dia melanjutkan, penambahan pupuk tidak berpengaruh banyak, dan semakin diperparah dengan kondisi cuaca yang dipengaruhi perubahan iklim. "Sekarang dengan penambahan pupuk pun tidak menghasilkan apa-apa. Artinya memang ada sesuatu kan. ditambah dengan kalau kita lihat juga iklim menyumbang dari pada kondisi seperti ini. Seperti mestinya sekarang kemarau, tapi sekarang sudah kemarau yang basah. ini menjadi kondisi yang harus sama-sama kita cermati," kata Abdul Hamid.
Editor : Eka L. Prasetya
Artikel Terkait