SUKABUMI, iNewsSukabumi.id —Indonesia memiliki jaringan kehidupan laut dan ekosistem yang luas dan beragam. Sebagai negara kepulauan terbesar di dunia, dengan lebih dari 17.000 pulau, perairan pesisir memiliki keanekaragaman hayati di ekosistem pesisir Indonesia.
Indonesia memiliki luas sekitar 51.020 km2 terumbu karang atau mewakili sekitar 18 persen dari total terumbu karang dunia. Sekitar 25 persen dari semua kehidupan laut berada di terumbu karang.
Terumbu karang ini adalah taman lebat yang penuh dengan kehidupan dan keanekaragaman hayati. Mereka juga memainkan peran penting dalam menjaga ekosistem laut dan melindungi tanah dari erosi. Berikut 7 satwa unik pesisir pantai Indonesia dirangkum dari laman globalvoices, Selasa (6/9/2022).
1.Pikachu Nudibranch
Thecacera pacifica adalah spesies siput laut, Nudibranch, moluska gastropoda laut dalam keluarga Polyceridae. Hewan kecil ini dijuluki Pikachu Nudibranch karena kemiripannya dengan karakter Pokemon Pikachu. Pikachu Nudibranch biasanya terdapat di Samudra Hindia dan Pasifik Barat. Dengan panjang hanya lima sentimeter, Picakhu Nudibranch sulit ditemukan dan relatif jarang ditemukan. Baca juga; Ajaib, Siput Laut Ini Bisa Memenggal Kepalanya dan Menumbuhkan Tubuh Baru
2.Kepiting Petinju
Kepiting Petinju atau The Boxer Crab adalah salah satu makhluk menarik yang ditemukan di dasar laut Indonesia. Memiliki nama latin Lybia tessellate, ini adalah spesies kepiting kecil dalam famili Xanthidae. Kepiting petinju ditemukan di bagian dangkal dari Samudera Indo-Pasifik tropis. Dia memiliki hubungan simbiosis dengan anemon laut yang menyengat dan menahan mereka di cakar depannya untuk menakuti pemangsa potensial.
3.Udang Kaisar
Udang berwarna-warni ini dapat tumbuh hingga panjang 1,9 sentimeter dan sering ditemukan hidup di inang yang lebih besar. Periclimenes imperator, yang dikenal sebagai udang kaisar, adalah spesies udang dengan distribusi luas di Indo-Pasifik. Dia hidup secara komensal pada sejumlah inang, termasuk siput laut Hexabranchus.
4. Kuda Laut Kerdil
Kuda Laut Kerdil adalah salah satu spesies kuda laut atau Hippocampus terkecil di dunia, dengan tinggi maksimal dua sentimeter. Secara eksklusif spesies ini ditemukan di Segitiga Terumbu Karang, wilayah segitiga yang membentang dari Filipina dan Malaysia di timur hingga Indonesia dan Timor Leste di selatan, dan Kepulauan Solomon di Barat. Kuda laut merah muda ini biasanya berada di karang kipas palem merah muda atau karang lunak lainnya dan lamun yang memungkinkannya untuk menyamarkan dirinya dengan sangat baik. Seperti semua kuda laut, hippocampus menggunakan ekornya sebagai jangkar untuk mengikat dirinya ke karang, tanaman, dan permukaan lainnya.
5.Belut Moray Fimbria
Belut Moray Fimbriated, dikenal sebagai moray berbintik gelap atau moray berbintik-bintik, adalah belut moray dari keluarga Muraenidae. Belut Moray Fimbriated bisa mencapai panjang 81 sentimeter. Ada lebih dari 200 spesies belut moray yang berbeda, sebagian besar beracun. Meskipun belut ini jarang menyerang manusia, jika terancam, mereka diketahui menyerang, dan gigitannya mengandung racun berbahaya. Gigi mereka yang setajam silet juga dapat menyebabkan pendarahan yang signifikan dan sangat menyakitkan.
6. Sotong
Sotong adalah Cephalopoda, sepupu cumi-cumi dan gurita, dan sering diburu untuk dijual sebagai makanan laut. Mereka diyakini sebagai salah satu invertebrata paling cerdas. Beberapa spesies sotong diklasifikasikan sebagai terancam punah. Saat ini, ancaman terbesar mereka adalah pengasaman laut, perubahan pH laut karena meningkatnya emisi karbon dioksida di atmosfer dan lautan, dan penangkapan ikan yang berlebihan.
7. Cacing Pohon Natal
Cacing Pohon Natal adalah cacing berbentuk spiral yang dinamai karena penampilannya yang meriah dan berbentuk kerucut. Mereka biasanya memiliki panjang sekitar 3,8 sentimeter dan dapat ditemukan dalam banyak warna, termasuk merah, oranye, hijau, dan kuning.
Cacing Pohon Natal menggunakan bulu berwarna-warni untuk makan pasif dan respirasi. Mereka adalah makhluk yang tidak banyak bergerak saat menggali ke dalam batu untuk berlabuh di tengah fluktuasi arus. Mereka sangat sensitif terhadap perubahan lingkungan sekitar, dan jika merasa terancam, dengan cepat menarik diri ke dalam lubang.
Editor : Eka L. Prasetya
Artikel Terkait