Dokter Forensik Sebut Bocah Kelas 3 SDN di Sukabumi Meninggal karena Penyakit Bukan Dikeroyok

Dharmawan Hadi
Sejumlah dokter forensik menyatakan MHD (10) bocah Kelas 3 SDN di Sukabumi meninggal karena penyakit bukan dikeroyok kakak kelasnya. Foto iNews/Dharmawan Hadi

SUKABUMI, iNewsSukabumi.id - Sejumlah dokter forensik menyatakan MHD (10) bocah Kelas 3 SDN di Sukaraja Sukabumi meninggal karena penyakit bukan dikeroyok kakak kelasnya. Para dokter tersebut diantaranya dari puskesmas Limbangan dr Albani Nasution, dari RS Hermina dr Andreansyah Nugraha dan dokter forensik RSUD R Syamsudin SH dr Nurul Aida Fathya mengungkapkan penyebab kematian pelajar tewas dikeroyok bukan dari penganiayaan akan tetapi perjalanan penyakit tetanus hingga menyebabkan mati lemas.

Kepala Puskesmas Limbangan, dr Albani Nasution menjelaskan, awalnya korban datang pada hari Rabu (17/5/2023) pukul 09.05 WIB. Assessment awal dari perawat, MHD menderita sesak dan sulit menggerakkan rahang. 

"Saya lakukan pemeriksaan dan menggali assessment riwayat penyakitnya, kenapa bisa terjadi, menurut orang tua jatuh pada hari Senin. Saya lakukan pemeriksaan, pada saat itu pasien sadar dengan merespons, apa yang sakit, dia tunjuk," ujar dr Albani dalam konferensi pers pengungkapan kasus tersebut, di Mapolres Sukabumi Kota, Senin (10/7/2023) malam.

Dr Albani menegaskan, saat melakukan pemeriksaan luar, jika jatuh biasanya ada luka lecet ataupun benjolan. Namun pada saat itu dirinya tidak menemukan bekas luka apapun pada tubuh korban.

"Dari hasil pemeriksaan kami melanjutkan untuk konsultasi ke poli anak atau kalau kondisinya makin memburuk ke IGD. Pada waktu itu disebutkan untuk dibawa pulang dulu. Saya berikan obat untuk penyakit yang ada saat itu.  Karena analisa yang kami lakukan maka mengarahnya ke trauma. Sebatas ke arah situ," papar dr Albani.

Selanjutnya Wakil Direktur Medis RS Hermina Sukabumi , dr Andreansyah Nugraha mengatakan, korban sempat dirawat di rumah sakit selama 4 hari sebelum dinyatakan meninggal dunia. Korban tiba dengan keluhan kaku sakit punggung, mulut kaku disertai batuk-batuk selama beberapa hari. 

"Kemudian ada riwayat infeksi cairan di bagian telinga. Pada saat itu kita curigai tetanus makanya kita konfirmasi ada riwayat trauma, tertusuk jarum atau benda tajam, atau adanya trauma jejas yang berlebih, kita tanyakan juga pasien dan keluarga, namun jawabannya tidak ada riwayat konfirmasi," timpal dr Andreansyah. 

Sesuai hasil foto rontgen bagian tulang belakang, ujar Andreansyah, tidak ditemukan retakan atau patah tulang. Lalu pada pemeriksaan visum luar juga tidak ditemukan luka. Namun pemeriksaan laboratorium mengarah leukosit tinggi dan hasil rontgen ada tanda-tanda infeksi, ditambah di telinga ada cairan infeksi.

"Maka hasil pemeriksaan kemungkinan ini penyebab tetanus karena infeksi. Yang namanya infeksi berat bisa mengkibatkan koma atau penurunan kesadaran. Jadi penyebab kematian perjalanan dari penyakit, yaitu tetanus berikut dengan infeksinya. Kita sudah informasikan juga kepada keluarga pada saat sebelum tindakan kegawatan, meninggal pun kita konfirmasi lagi," papar dr Andreansyah. 

Sementara itu dokter forensik RSUD R Syamsudin SH Kota Sukabumi, dr Nurul Aida Fathya mengatakan, kondisi jasad korban sudah mengalami pembusukan lanjut saat dilakukan ekshumasi karena sudah 11 hari pasca dikuburkan. 

"Kami menemukan luka, tapi luka tersebut merupakan akibat tindakan medis. Jadi ditemukan di punggung tangan akibat infus, kemudian di pergelangan tangan, lengan bawah, dan beberapa di lengan atas ada memar itu bisa akibat dari tindakan medis," ujar dr Aida. 

Lalu dr Aida menambahkan, pihaknya mengambil beberapa sampel tubuh korban yang diduga keluarga ada tanda kekerasan untuk diuji di laboratorium. Beberapa sampel yang diambil yaitu wajah, dada dan paru-paru. Pada bagian paru-paru, ia menemukan jika korban mengalami gangguan pernafasan. 

"Ternyata dari hasil pemeriksaan laboratorium pun tidak ditemukan adanya tanda kekerasan. Dalam hal ini kenapa dari lab bisa kelihatan karena tidak ada pendarahan di situ, dari otot tidak ada (pendarahan), dari kulit tidak ada, artinya itu bisa menyingkirkan tanda kekerasan. Jadi memang ada kondisinya, gangguan pada paru-paru atau gangguan nafas," ujar dr Aida.

Berdasarkan temuan tersebut, pihak forensik menyimpulkan jika MHD meninggal dunia akibat penyakit dan mati lemasnbukan karena  pengeroyokan. Trauma atau luka yang ditemukan pada tubuh korban dipastikan berhubungan dengan tindakan medis sesuai prosedur.

Editor : Suriya Mohamad Said

Bagikan Artikel Ini
Konten di bawah ini disajikan oleh Advertiser. Jurnalis iNews Network tidak terlibat dalam materi konten ini.
News Update
Kanal
Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik Lebih Lanjut
MNC Portal
Live TV
MNC Network