SUKABUMI, iNews.id —Tinggal di dalam hutan bertahun-tahun, pasangan suami istri bernama Abah Jaenudin dan Ema Oon ini beralasan lantaran rumahnya ambruk. Kini, mereka bermukim di dalam hutan wilayah Kampung Citarik RT 02/01 Desa Bojong Tipar, Kecamatan Jampang Tengah, Kabupaten Sukabumi.
Pasutri yang sudah memasuki usia senja ini terpaksa hidup jauh dari permukiman warga karena sudah tidak punya rumah lagi. Kini, mereka punya gubuk tinggal di hutan, hidup memprihatinkan namun dijalani dengan tabah. Tanpa ada penerangan listrik sama sekali. Atap rumah berupa genting usang dengan ditopang kayu lapuk serta dinding terpal bekas menunjukkan hidup mereka prihatin.
Abah Jaenudin yang sudah berusia 57 tahun itu harus membetulkan atap karena roboh diterpa hujan dan angin kencang. Sebagai kepala keluarga dia tetap harus memberikan kenyamanan bagi istrinya Emak Oon dengan berbagai cara agar tetap bersyukur bisa menempati gubuk meskipun di dalam hutan.
Penghasilannya dari bekerja serabutan sebesar Rp50.00 harus bisa mencukupi kebutuhan sehari-hari selama seminggu. Bahkan, mereka sering kali merasakan tidak makan selama tiga hari karena tak mempunyai beras dan lauk pauk untuk dimakan.
Abah Jaenudin mengaku sudah lima tahun tinggal di gubuk itu. Dia memilih tinggal di gubuk tersebut karena alasan punya garapan di lahan milik orang lain. "Dulu Abah tinggal di daerah Ciwaru, namun Abah lebih nyaman tinggal di perkebunan ini," kata dia, Rabu (11/5/2022).
Abah tidak meminta rumah baik itu ke saudara atau pun anak karena dia hanya memiliki satu saudara, itu pun sudah pikun. Abah tinggal di perkebunan selain menggarap lahan juga mempunyai pekerjaan sampingan sebagai kuli dengan upah Rp50.000.
Pasutri ini pun berharap bisa menempati rumah yang layak sebagaimana mestinya di permukiman warga yang ramai dan bertetangga. Di sisi lain, Emak Oon mengungkapkan sudah tidak memandang sayang atau pun cinta, terpenting ada tanggung jawab dan dituntun oleh Abah.
Sering kali Abah sakit dan Emak lah yang membeli obat itu pun jika uangnya ada. Emak Oon yang hanya dikasih Rp50.000 dan harus mengirit untuk kebutuhan selama sepekan. Dia juga berkeinginan mempunyai rumah yang layak serta banyak tetangga, tidak seperti sekarang yang hanya tinggal di gubuk di tengah hutan perkebunan.
Sering kali Emak dan Abah ini merasa sedih karena hujan. Mereka tidak tahu harus berlindung ke mana, namun Abah selalu menguatkan untuk tetap berlindung di gubuk jika hujan dan angin datang.
Sementara itu, Kepala Dusun Bojong Tipar Wahyu mengungkapkan keadaan sebenarnya Abah dan Emak Oon tidak ada masalah. Sebab, dari awalnya pun mereka berkeinginan tinggal di lokasi tersebut. Karena Abah bekerja memelihara sawah dan kebun kadang ikut bekerja sebagai kuli di orang lain.
Sebenarnya rumah mereka sudah dibongkar karena kosong dan rumah anaknya pun ada, tetapi Abah betah tinggal di gubuk itu. Pengalaman Abah dan Emak yang tidak makan selama tiga hari tiga malam itu pun sebenarnya terjadi ketika pertama menikah tahun 1970-an.
"Bukan berarti tidak makan tiga hari tiga malam. Akan tetapi makan pagi sore dan malam tidak selama tiga hari berturut turut," kata Wahyu. Abah dan Emak yang tinggal di tanah perkebunan yang sempat viral di medsos itu pun tidak sesuai dengan fakta. Sebenarnya Abah sekarang sudah tidak seperti dahulu karena mulai dapat bantuan dari pemerintah.
Editor : Eka L. Prasetya
Artikel Terkait