JAKARTA, iNewsSukabumi.id - Jenderal Soedirman mengalami momen yang penuh emosi ketika Soekarno tetap kukuh pada niatnya untuk menandatangani Perjanjian Roem Royen. Jenderal Abdul Haris Nasution, yang memiliki hubungan dekat dengan Jenderal Soedirman, menjadi saksi dari peristiwa tersebut.
Dalam buku "80 Tahun Bung Karno," Nasution mengungkapkan sisi emosional Jenderal Soedirman yang dia amati.
Semuanya berawal dari Perjanjian Linggarjati pada tahun 1947, di mana Belanda mengemukakan beberapa tuntutan kepada Indonesia. Meskipun banyak tuntutan tersebut diterima, namun penempatan TNI di bawah kedaulatan Belanda (peng-subordinasian) ditolak.
Hal ini akhirnya memicu Agresi Militer I dari pihak Belanda sebelum campur tangan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) melalui Persetujuan Renville.
Setahun berlalu, Belanda kembali mengusulkan peng-subordinasian, yang sekali lagi ditolak oleh Indonesia. Tindakan ini mendorong Belanda untuk menyerang Indonesia, bahkan menculik Presiden Soekarno dan Hatta.
Namun, walaupun Belanda berupaya, mereka gagal menemukan celah untuk merebut kembali Indonesia. Akhirnya, mereka membebaskan Soekarno dan Hatta.
Pada tanggal 3 Agustus 1949, dalam Perjanjian Roem Royen, Soekarno dan Hatta berkomitmen untuk menghentikan pertempuran. Namun, beberapa anggota TNI tidak sependapat dengan langkah Soekarno dalam menandatangani perjanjian ini.
Sehari sebelum perjanjian tersebut ditandatangani, AH Nasution dan Jenderal Soedirman bertemu dengan Presiden Soekarno untuk menyampaikan pandangan TNI.
Dalam kondisi yang sedang sakit, Soedirman mengungkapkan bahwa ia tidak dapat mendukung pemerintahan yang akan datang jika perjanjian Roem Royen dijalankan. AH Nasution setuju dengan pandangan Jenderal Soedirman.
Soekarno dengan teguh menolak dan enggan untuk mundur dalam menandatangani gencatan senjata. Tangis Soedirman pun pecah.
Keesokan harinya, Nasution diminta untuk mengunjungi Jenderal Soedirman. Nasution memberikan penjelasan kepada Soedirman tentang pentingnya mendukung Soekarno dan Hatta.
"Kita tidak akan berhasil dalam perjuangan Indonesia jika TNI tidak bersatu dengan Soekarno-Hatta. Marilah kita ikuti langkah Soekarno-Hatta," kata Nasution.
Akhirnya, Soedirman menerima permintaan dari Nasution. Soekarno resmi menandatangani perjanjian Roem Royen, dan gencatan senjata dengan Belanda dijalankan.
Editor : Vitrianda Hilba SiregarEditor Jakarta