KARAK, iNewsSukabumi.id - Kastel Al Karak, atau dikenal juga sebagai Al Karak Castle, merupakan salah satu destinasi wisata yang tak boleh dilewatkan saat berkunjung ke Yordania. Terletak sekitar 131.6 kilometer dari ibu kota Amman, kastel ini terbuka untuk umum setiap hari.
Kastel Karak, yang didirikan pada tahun 1140-an oleh Pagan dan Fulk, Raja Yerusalem, berdiri megah di atas bukit dengan ketinggian sekitar 900-1.000 meter di atas permukaan laut.
Pada awal Maret 2024, iNews.id berkesempatan berkunjung ke Al Karak Castle bersama rombongan Fam Trip Astindo ke Yordania. Karena lokasinya yang tinggi, suhu di sana sangat dingin, sekitar 14-15 derajat Celsius, sehingga disarankan untuk mengenakan jaket tebal, dan sepatu yang nyaman.
Dari puncak kastel, pengunjung dapat menikmati pemandangan Kota Karak dari ketinggian. Terdapat juga lubang pengintai yang masih dapat dilihat di dalam kastil ini. Saat menjelajahi reruntuhan kastil, pengunjung masih dapat melihat bekas-bekas dapur, ruangan-ruangan, dan penjara, sesuai dengan yang umumnya ditemukan di benteng pada masa lalu.
Kastel Al Karak sering dijadikan tempat singgah bagi para wisatawan yang sedang menuju ke Petra. Mereka biasanya menghabiskan waktu sekitar satu hingga dua jam untuk bersantai di situs bersejarah ini sebelum melanjutkan perjalanan ke Petra.
Benteng ini memegang peran penting dalam Perang Salib karena posisinya yang strategis di jalur perdagangan utama antara Damaskus dan Mesir. Awalnya dikuasai oleh Tentara Salib, namun pada tahun 1187, dalam Pertempuran Hattin, benteng ini direbut oleh pasukan Muslim di bawah pimpinan Sultan Salahuddin Al Ayyubi.
Penguasaan atas Kastel Karak sering kali berganti tangan antara dinasti yang berbeda, termasuk Tentara Salib, Ayyubiyah, Mamluk, dan Ottoman.
Suhaib Albakheet, seorang spesialis pemasaran dari Jordan Tourism Board (JTB), menegaskan bahwa Yordania tetap aman untuk dikunjungi oleh wisatawan, termasuk dari Indonesia, meskipun terjadi konflik di Gaza.
Menurut Albakheet, Yordania menawarkan berbagai jenis paket wisata yang berbeda, dan pihaknya berusaha untuk memperkenalkan Yordania sebagai tujuan tunggal wisata.
Pauline Suharno, Ketua Umum Astindo, menjelaskan bahwa Jordan Tourism Board ingin menjadikan Yordania sebagai tujuan tunggal wisata karena menurunnya jumlah turis yang datang ke Yordania sejak terjadi konflik di Palestina-Israel. Hal ini disebabkan karena banyak wisatawan Indonesia yang berkunjung ke Yordania untuk ibadah atau perjalanan ke Tanah Suci.
Astindo diminta untuk mengundang media dan agen perjalanan yang belum pernah menjual paket wisata ke Yordania sebelumnya, sebagai upaya untuk memperkenalkan Yordania sebagai tujuan wisata yang menarik untuk semua kalangan.
Sementara menurut Presiden Direktur Abhinaya Umroh Hajj & Muslim Tour Pandu Apriyanto mengatakan, untuk wisata rute ke Yordania yang lebih akan menarik untuk market Indonesia adalah multi destination.
"Jadi bukan hanya mengunjungi Yordania (Single Destination) tapi mungkin bisa dikombinasikan ke beberapa negara seperti Mesir masuk Yordania atau Isrel Palestina lalu ke Yordania. Jadi marketnya beda dengan rute konvensional," kata Pandu Apriyanto.
Menurutnya perjalanan rohani dari Mesir Yordania sampai Isreal baik itu untuk umat Kristiani maupun Muslim bisa dijajaki.
"Tidur di alam terbuka yang jadi salah satu destinasi di Arab Saudi untuk Muslim. Kan untuk non muslim kan belum bisa lihat ke Arab Saudi . Nah kalau yang non muslim bisa ditarik untuk mengunjungi Wadi Rum untuk tidur di alam terbuka," timpal Pandu.
"Dari hitung hitungan angka masih masuk untuk program wisata sama ke Turki tidak jauh berbeda. Namun untuk belanja iu menjadi catatan tersendiri untuk nilai belanja karena mata uangnya Yordania lumayan tinggi dan yang jadi tantangan juga dari segi makanan," tandas Pandu.
Jadi Yordania tetap aman untuk dikunjungi oleh wisatawan meskipun terjadi konflik di Gaza. Ayo kunjungi Yordania sekarang!
Editor : Suriya Mohamad Said