Kemudian, pemberian makanan bayi, hingga suplementasi lewat pemberian makanan tambahan bagi ibu hamil kurang energi kronik dan balita gizi kurang.
"Sedangkan intervensi sensitive antara lain pelayanan keluarga berencana (KB) pascapersalinan pemeriksaan kesehatan yang merupakan bagian dari pelayanan pranikah dan meningkatkan cakupan rumah tangga untuk mendapatkan akses air minum layak di kabupaten/kota lokasi prioritas," tutur Juanita.
Juanita mengatakan, berbagai faktor menjadi penyebab masih banyak balita stunting di Jabar, di antaranya kurangnya akses makanan bergizi. Berdasarkan hasil Studi Diet Total 2014, asupan protein balita Jabar hanya 32,7 persen dari angka ideal 80 persen.
Selain itu, praktik pengasuhan yang kurang baik seperti pemberian makanan bagi bayi dan anak yang tidak sesuai dengan standar yang ditetapkan pemerintah. "Kemudian ada juga fenomena pola pengasuhan untuk merangsang perkembangan, salah satunya dengan mengenalkan HP bagi anak yang masih balita," ucapnya.
Faktor penyebab terbesar stunting di Jabar, yakni, terbatasnya akses mendapatkan air bersih layak. Pada tahun 2021, akses air bersih layak di Jabar baru mencapai 87,79 persen. "Selain itu, sanitasi yang layak. Saat ini, baru tiga kabupaten di Jabar yang telah dinyatakan bebas buang air besar sembarangan, yakni Kabupaten Bandung Barat, Subang, dan Kabupaten Sukabumi," ujar Juanita.
Editor : Eka L. Prasetya
Artikel Terkait