SURIAH, iNewsSukabumi.id - Sejumlah perempuan dari kelompok Islamic State of Iraq and Syria atau ISIS yang ditahan di kamp-kamp tahanan Suriah telah memaksa beberapa bocah laki-laki belasan tahun menjadi budak seks mereka. Bocah-bocah belasan tahun itu dijadikan budak seks untuk menghamili mereka demi meningkatkan populasi ISIS.
Daily Beast pada Jumat (24/2/2023) melaporkan praktik itu dengan mengutip pejabat Pasukan Pertahanan Suriah (SDF), faksi oposisi anti-pemerintah Presiden Suriah Bashar al-Assad.
Pejabat Pasukan Pertahanan Suriah (SDF) yang tidak disebutkan namanya mengatakan, ada sejumlah anak laki-laki di Camp al-Hawl di Suriah timur laut yang dipaksa melakukan hubungan seks dengan puluhan perempuan. Bahkan ada seorang anak laki-laki yang dipaksa berhubungan seks dengan delapan perempuan ISIS.
Dia mengatakan, Pemerintah Suriah telah menahan sekitar 8.000 perempuan dan anak-anak yang berafiliasi dengan ISIS sejak kekalahan kelompok teroris tersebut pada 2019. Para anggota laki-laki dewasa ISIS ditahan di kamp terpisah.
"Kami dipaksa berhubungan seks dengan perempuan ISIS, untuk menghamili mereka," kata dua bocah yang bernama Ahmet (13) dan Hamid (14) kepada seorang penjaga di Camp al-Hawl dikutip dari Daily Beast.
"Bisakah Anda mengeluarkan kami dari sini?" tanya salah satu anak laki-laki yang dipaksa berhubungan seks tersebut.
Pasukan keamanan setempat, membenarkan bahwa remaja laki-laki di Camp al-Roj, juga di timur laut Suriah, telah mengalami eksploitasi serupa.
Bahkan, salah satu anak laki-laki itu pingsan dan dirawat di rumah sakit setelah diberi zat mirip Viagra untuk membuatnya tampil prima. Para ibu di Camp al-Roj, yang berusaha melindungi putra mereka dari perbudakan seks, telah memohon otoritas kamp untuk memindahkan putra mereka ke pusat rehabilitasi.
Pejabat pertahanan Suriah baru-baru ini mengadopsi kebijakan memindahkan anak laki-laki yang telah mencapai pubertas ke fasilitas rehabilitasi tersebut, di mana mereka menerima konseling anti-ekstremisme dan dipersiapkan untuk reintegrasi ke dalam masyarakat. Namun Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) mengecam kebijakan tersebut minggu lalu, menyebutnya "melanggar hukum" dan meyakini bahwa mereka "dihilangkan secara paksa" atau dijual.
Banyak perempuan ISIS telah menolak repatriasi ke negara asal mereka untuk diri mereka sendiri dan anak-anak mereka. Lainnya, seperti "pengantin ISIS" Shamima Begum asal Inggris, dicabut kewarganegaraannya dan dilarang kembali ke negaranya.
Pejabat SDF mengatakan banyak perempuan hamil di kamp, meskipun pemerintah Damaskus tidak mengetahui jumlah pastinya. Beberapa melahirkan secara rahasia dengan harapan meningkatkan populasi ISIS, yang mereka yakini akan dibangun kembali ketika laki-laki mereka tiba untuk mengeluarkan mereka dari kamp.
Editor : Suriya Mohamad Said