BUENOS AIRES, iNewsSukabumi.id - Sebuah fosil ular berusia sekitar 90 juta tahun ditemukan di tengah Gurun Kokorkom, Argentina, memiliki kaki belakang yang kecil. Penemuan ular berkaki ini menjawab pertanyaan tentang ular Naga Nabau Kalimantan. Dimana Suku Dayak mengangap ular tersebut Naga penunggu Hutan Kalimatan..
Ular yang bernama Najash rionegrina ini hidup di gurun pasir dan memiliki kaki belakang. Fosil ini juga menunjukkan bahwa ular ini berbeda dari ular skolekofidian, melainkan lebih mirip dengan ular bermulut besar yang memiliki gigi tajam. Pada tanggal Sabtu, 27 Mei 2023, jurnal Science Advances melaporkan bahwa sebelumnya belum pernah ditemukan fosil ular yang dapat menjelaskan bagaimana makhluk vertebrata ini bertransisi. Selama 70 juta tahun, ular Najash hidup dengan kaki belakang.
Temuan ini menunjukkan bahwa kaki belakang memiliki peran yang penting bagi ular dan bukan hanya sekadar bagian tubuh untuk bertransisi. Ular Najash memiliki bagian tubuh primitif yang mirip dengan kadal, termasuk adanya tulang pipi.
Walaupun bentuk ini tidak ditemukan pada ular modern, namun ular Najash memiliki tengkorak yang sangat fleksibel, memungkinkan mereka untuk menelan mangsa yang berukuran jauh lebih besar dari tubuhnya.
Berdasarkan penelitian, ular yang sebelumnya dianggap sebagai Palaeopython fischeri ternyata merupakan anggota dari genus pembatas yang telah punah (biasanya dikenal sebagai boas atau boids) dan memiliki kemampuan untuk membuat citra infra merah dari sekitarnya. Penelitian dilakukan dengan memindai fosil dalam bentuk tiga dimensi untuk lebih memahami jaringan tubuh dan struktur tubuh ular purba ini. Hasil penelitian ini berhasil mengubah pemahaman mengenai evolusi ular selama ini.
"Setelah 160 tahun salah, makalah ini mengoreksi fitur yang sangat penting ini tidak didasarkan pada dugaan, tetapi pada bukti empiris," kata Michael Caldwell, salah seorang peneliti dan profesor dari University of Alberta.
Para peneliti berpendapat bahwa kaki belakang ditemukan pada ular karena kaki depannya telah hilang jauh lebih awal. Penemuan tengkorak Najash telah membuktikan bahwa ular masih memiliki hubungan dengan kadal besar.
Fosil ular bertungkai belakang ini menarik perhatian media karena mengikuti laporan sebelumnya tentang fosil ular laut dengan tungkai belakang.
Fosil Najash sangatlah unik karena bukan seekor ular laut, melainkan ular darat yang hidup di gurun. Selain itu, fosil ini ditemukan dalam kondisi yang tidak tertekan oleh beratnya sedimen tanah di atasnya, sehingga tetap terlindung dan mempertahankan bentuk tiga dimensi, tidak seperti fosil ular laut sebelumnya.
Sayangnya, deskripsi awal Najash didasarkan pada tengkorak yang terpisah-pisah. Para ahli evolusi ular harus menebak-nebak bentuk kepala hewan purba ini. Tengkorak fosil Najash yang baru akan memberikan informasi yang lebih akurat dalam mempelajari pola evolusi tengkorak ular.
Editor : Suriya Mohamad Said