JAKARTA, iNews.id — Ketua Umum Partai Gerindra Prabowo Subianto sangat giat melakukan silaturahmi politik pada momentum Idul Fitri tahun ini. Selain sejumlah tokoh politik, Prabowo juga mengunjungi kiai-kiai Nahdlatul Ulama (NU). Safari politik ini dilakukannya bersama dengan elite Partai Gerindra lainnya sejak hari pertama Lebaran.
Pengamat politik dari Citra Institute Yusa Farchan mengatakan, sulit dibantah bahwa Prabowo tengah melakukan silaturahmi politik kendati tidak spesifik membahas agenda politik dalam pertemuan-pertemuan tersebut.
"Meskipun tidak membicarakan politik secara khusus, tapi sulit dibantah bahwa Prabowo sedang melakukan silaturahmi politik," kata Yusa saat dihubungi, Kamis (5/5/2022), dilansir SINDOnews.com
Menurut Yusa, Lebaran menjadi momentum strategis bagi Prabowo untuk mencairkan komunikasi politik. Jika sebelumnya Prabowo tampak jarang melakukan safari politik dan lebih memilih fokus bekerja sebagai Menteri Pertahanan (Menhan) itu karena elektabilitasnya masih berada dalam zona aman, bahkan tertinggi dalam beberapa kali survei.
Tapi, Prabowo dan Gerindra tak bisa tinggal diam saat elektabilitas Prabowo disalip sejumlah tokoh, sehingga mereka segera bergegas memanaskan mesin politik."Apalagi, capres lain seperti Anies sukses menggelar eksperimentasi politik melalui mobilisasi umat Islam dalam pelaksaan salat Idul Fitri," kata dia.
Menurut Yusa, Prabowo tengah berusaha mengimbangi capres lain terutama Anies untuk mendapat panggung dan atensi publik. Sehingga, hal wajar jika Prabowo agresif memanfaatkan Lebaran untuk melakukan safari politik.
"Dalam situasi demikian, saya kira wajar kalau Prabowo sangat agresif memanfaatkan momentum lebaran untuk membangun komunikasi politik," terang Yusa.
Lebih dari itu, Yusa menambahkan, jika dilihat dari urutan tokoh yang dikunjungi, Prabowo tampak memprioritaskan komunikasi politiknya dengan PDIP dan NU. Kunjungan Prabowo ke Megawati Soekarnoputri memberi sinyal bahwa Gerindra masih ingin satu paket dengan PDIP dalam koalisi pilpres dengan skema Prabowo-Puan.
Adapun NU, kata Yusa, tetap menjadi variabel penting pemenangan Prabowo sehingga harus diprioritaskan. Karena, saat Prabowo banyak didukung FPI dan 212, ia banyak kehilangan dukungan dari Islam moderat seperti NU dan Muhammadiyah.
"Saat dukungan kelompok Islam kanan (FPI dan 212) mulai melemah, Prabowo memang harus bergerak ke "tengah" dengan memaksimalkan dukungan Islam moderat seperti NU dan Muhammadiyah," tandas Yusa.
Editor : Eka L. Prasetya