Ketika mengalami keterpurukan itu, Desy hanya bisa menutup diri. Dia tak bercerita banyak tentang prahara rumah tangganya kepada keluarga besar, apalagi publik. Rupanya, pilihan artis kelahiran 1973 ini untuk diam dilatarbelakangi nasihat sang nenek. Nenek Desy selalu menasihatinya untuk tidak mengumbar cerita sedih, karena tempat curhat yang paling benar hanyalah Tuhan.
"Nenek saya selalu bilang, cerita (sedih) hanya boleh ke Allah. Kalau ke saudara (ceritanya) yang senang aja. Kalau problem saya sudah beres, baru boleh cerita ke saudara," kata Desy.
Saat gagal berumah tangga, Desy diajarkan sang nenek untuk tidak menyalahkan orang lain. Sebaliknya, dialah yang harus introspeksi diri dan bisa segera bangkit dari keterpurukan.
"Nenek saya bilang, kamu boleh sedih, tapi batasi. Seminggu? Atau mau berapa minggu? Kan kita nggak tahu ya mau berapa lama berkabung. Ya justru karena kamu nggak tahu, makanya cepetan kerja, supaya pikirannya nggak di situ terus," ungkap Desy.
Menurut Desy, di perceraian yang pertama, dia hanya berduka selama satu minggu. Lalu di perceraian kedua, ia butuh waktu dua minggu untuk "berkabung". Ketika sedang terpuruk, Desy sempat ingin menenangkan diri di kampung halamannya di Sukabumi. Tetapi, sang nenek lagi-lagi mendorongnya untuk kembali beraktivitas seperti biasa.
"Jadi saya sempat nggak mau keluar tuh. Kata nenek saya, memangnya itu listrik mau dibayar pake nangis? Emang ini mau dibayar pake ini itu? Kerja. Kalau mau sedih kerja, keluar rumah, kerja, terus pulang. Jangan ke mana-mana," lanjutnya. Menurut Desy, mendiang sang nenek merupakan sosok yang dihormati di dalam keluarga besarnya. Maka itu, ia sangat menuruti apa yang dititahkan oleh mendiang nenek.
Editor : Eka L. Prasetya
Artikel Terkait