"Sekolah berdalih bahwa Cicadas atau SMPN 2 Cisolok berjarak lebih dari 7 kilometer, padahal faktanya tidak. Sedangkan dari Banten yang jaraknya hampir 25 kilometer, malah banyak yang diterima," tambahnya dengan kesal.
Untuk mencari solusi, Apriyandi mencoba mendaftarkan anaknya melalui jalur kolektif di SMAN 1 Cisolok. Namun, hasilnya tidak sesuai harapan karena anaknya tidak diterima. Ia merasa bingung karena jalur kolektif seharusnya menjamin diterimanya calon siswa, namun kenyataannya tidak demikian.
"Anak saya sempat mendaftar di SMAN 1 Cisolok melalui jalur kolektif yang diatur oleh pihak sekolah. Seharusnya jalur kolektif ini dijamin diterima. Tapi malah anak saya tidak diterima. Padahal jalur kolektif ini sudah menjadi tradisi setiap tahun oleh pihak sekolah," ungkapnya.
Apriyandi berharap agar Dinas Pendidikan dapat melakukan perbaikan pada sistem zonasi PPDB. Ia menekankan pentingnya kebijakan yang sesuai dengan program Gubernur Jawa Barat, yang memberikan prioritas bagi penampungan siswa dari wilayah setempat.
"Menurut pengetahuan saya, program Pak Ridwan Kamil terkait zonasi adalah untuk memprioritaskan penampungan siswa kelulusan SMP yang ada di Kecamatan Cisolok. Namun, kenyataannya malah memprioritaskan calon siswa dari luar Sukabumi," pungkasnya.
Editor : Vitrianda Hilba Siregar
Artikel Terkait