BANDUNG, iNews.id —Sebanyak 218.286 balita di Provinsi Jawa Barat mengalami stunting atau gangguan tumbuh kembang akibat gizi buruk, sehingga anak terlalu pendek dibanding usianya. Jumlah kasus stunting sangat tinggi terdapat di empat kota dan kabupaten di Jabar.
Kepala Bidang Kesehatan Masyarakat (Kesmas) Dinkes Jabar Juanita Paticia Fatima mengatakan, berdasarkan data terbarunya, tercatat sebanyak 218.286 balita mengalami stunting.
"Balita stunting yang ditemukan di Jabar berdasarkan data pengukuran di bulan Februari tahun 2022 adalah 218.286 balita dari 3.095.299 balita yang diukur dari tinggi badannya," kata Juanita, Sabtu (20/8/2022).
Juanita menyatakan, berdasarkan data prevelansi pada 2021, dari total 27 kabupaten dan kota di Jabar, sambilan berkategori sedang dan 14 daerah tinggi. "Sedangkan empat kabupaten dan kota berkategori sangat tinggi, yaitu, Kota Cirebon, Kabupaten Bandung, Cianjur, dan Garut. Rata-rata penurunan stunting dalam tiga tahun terakhir di Jabar, 1,35 persen per tahun," ujarnya.
Prevalensi stunting di Jabar pada 2021, tutur Juanita, berkategori tinggi. Dinkes Jabar telah melakukan berbagai langkah penanganan stunting lewat program intervensi spesifik dan sensitive. Intervensi spesifik antara lain pemberian tablet penambah darah bagi ibu hamil dan remaja puteri, promosi dan konseling menyusui.
Kemudian, pemberian makanan bayi, hingga suplementasi lewat pemberian makanan tambahan bagi ibu hamil kurang energi kronik dan balita gizi kurang.
"Sedangkan intervensi sensitive antara lain pelayanan keluarga berencana (KB) pascapersalinan pemeriksaan kesehatan yang merupakan bagian dari pelayanan pranikah dan meningkatkan cakupan rumah tangga untuk mendapatkan akses air minum layak di kabupaten/kota lokasi prioritas," tutur Juanita.
Juanita mengatakan, berbagai faktor menjadi penyebab masih banyak balita stunting di Jabar, di antaranya kurangnya akses makanan bergizi. Berdasarkan hasil Studi Diet Total 2014, asupan protein balita Jabar hanya 32,7 persen dari angka ideal 80 persen.
Selain itu, praktik pengasuhan yang kurang baik seperti pemberian makanan bagi bayi dan anak yang tidak sesuai dengan standar yang ditetapkan pemerintah. "Kemudian ada juga fenomena pola pengasuhan untuk merangsang perkembangan, salah satunya dengan mengenalkan HP bagi anak yang masih balita," ucapnya.
Faktor penyebab terbesar stunting di Jabar, yakni, terbatasnya akses mendapatkan air bersih layak. Pada tahun 2021, akses air bersih layak di Jabar baru mencapai 87,79 persen. "Selain itu, sanitasi yang layak. Saat ini, baru tiga kabupaten di Jabar yang telah dinyatakan bebas buang air besar sembarangan, yakni Kabupaten Bandung Barat, Subang, dan Kabupaten Sukabumi," ujar Juanita.
Editor : Eka L. Prasetya