BANDUNG, iNewsSukabumi.id - Almarhum Letjen (Purn) Solihin GP, sempat menjalani dua kali cuci darah di RS Advent Kota Bandung. Namun almarhum akhirnya wafat pada Selasa (5/3/2024) sekitar pukul 03.00 WIB.
Kondisi terakhir sebelum Solihin GP wafat itu disampaikan Satria Kamal, putra ketiga almarhum. "Mungkin karena usia sudah lanjut dan obat yang mungkin berpengaruh, akhirnya kena ke ginjal. Ini yang terakhir kami tangani. Dokter ahli di RS Advent sempat dua kali melakukan cuci darah tapi reaksi yang didapat tidak seperti diharapkan. Segala upaya sudah dilaksanakan tapi Allah memutuskan tapi subuh dipanggil kembali ke Rahmatullah," kata Satria Kamal kepada wartawan.
Mang Ihin, sapaan akrab Solihin GP, ujar Satria, wafat pada usia 97 tahun. Selama ini, tidak ada penyakit kronis yang diderita almarhum. Namin dulu pernah terkena enam kali stroke. Terakhir sempat lumpuh tapi dengan upaya pengobatan akhirnya bisa jalan. Karena usai, akhirnya Mang Ihin menggunakan kursi roda.
Beberapa hari terakhir, almarhum tiga kali kekuar masuk RS Advent. Pertama, karena ada dehidrasi. Setelah ditangani dua hari, Mang Ihin sehat kembali, diberi vitamin dan cairan yang dibutuhkan. Kembali ke rumah, kemudian masuk lagi karena kurang asupan.
"Makannya males, ini itu, akhirnya drop stamina, dibawa ke rumah sakit. Itu pun hanya dua malam, kembali lagi ke rumah. Nah terakhir 12 hari lalu ada gangguan di paru-paru, pneumonia. Ditangani oleh dokter yang khusus menangani paru-paru. Diberi antibiotik sembuh paru-parunya, tapi lari ke jantung ada pembengkakan sehingga ada cairan-cairan yang bikin kedua tangannya dan jari kakinya membengkak," ujar Satria.
Setelah ditangani oleh ahli jantung, tutur Satria, almarhum secara medis dinyatakan membaik. Tapi mungkin karena efek obat, sehingga ginjalnya mengalami gangguan. Setelah menjalani dua kali cuci darah, kondisi Mang Ihin tak kunjung membaik hingga akhirnya dinyatakan wafat pada Selasa dini hari.
"Gak ada, karena pas menjelang akhir hayatnya, beliau sudah gak bisa berkomunikasi, kadang kami bicara ada reaksi bahwa masih mendengar ya, dibacakan doa ada keluar air mata tapi tidak bisa menyampaikan yang dipikirkan," tutur Satria Kamal.
Editor : Vitrianda Hilba SiregarEditor Jakarta