JAKARTA, iNews.id —Laba bersih BUMN secara konsolidasi bertumbuh signifikan. Sepanjang 2021 laba bersih BUMN mencapai Rp126 triliun atau naik 1.000 persen dibandingkan 2020 yakni Rp13 triliun. Staf Khusus Menteri BUMN Arya Sinulingga menyebut ada lima sektor bisnis yang menjadi penyumbang terbesar.
Kelimanya adalah perbankan, telekomunikasi, pertambangan, perkebunan, dan farmasi. "Dan terlihat bahwa dari data yang sudah masuk, kontribusi diberikan sektor perbankan telekomunikasi, tambang, perkebunan dan yang bagus juga ialah farmasi kontribusi besar juga di laba, baik 1.000 persen pencapaian," kata Arya kepada wartawan, dikutip hari ini.
Arya mencatat faktor fundamental perusahaan pelat merah mampu membukukan laba bersih senilai Rp126 triliun pada 2021 ada efisiensi dan transformasi. Bahkan, ini membuktikan jika BUMN mampu bangkit dari kontraksi keuangannya akibat pandemi Covid-19.
"Semua karena dukungan kementrian lain, manajemen, karyawan dan eksternal yang dukung BUMN. Dengan bukti ini buat Pak Erick yakin bahwa transformasi yang ada saat ini ada di track yang benar dan akan diteruskan agar BUMN makin kuat ke depan," katanya.
Menteri BUMN Erick Thohir menyampaikan keberhasilan transformasi yang dicanangkan ini terlihat dari sejumlah pencapaian yang ditorehkan BUMN selama 2021. Salah satunya laba bersih BUMN. "Total pendapatan BUMN Rp1.983 triliun atau setara 99 persen dari pendapatan APBN," ujar Erick.
Erick mengatakan, perbaikan kinerja BUMN juga berdampak positif terhadap kontribusi untuk negara. Dia mencatat total pajak, dividen, dan PNBP yang diberikan BUMN secara konsolidasi mencapai Rp 371 triliun.
"Terima kasih kepada pimpinan dan anggota Komisi VI yang mendorong konsolidasi BUMN, dari 108 BUMN menjadi 41 BUMN. Alhamdulillah laba 2021 dibandingkan tahun sebelumnya, yang tadinya Rp 13 triliun, sekarang dengan segala efisiensi dan perbaikan model bisnis yang didukung Komisi VI, laba untuk 2021 sebesar Rp 126 triliun. Ini adalah prestasi yang saya rasa luar biasa," ucap Erick.
Dengan pencapaian tersebut, Erick mengajukan penambahan anggaran Kementerian BUMN untuk 2023 sebesar Rp79,7 miliar atau menjadi Rp311 miliar dari sebelumnya yang hanya sebesar Rp232 miliar. Dia menyebut pagu indikatif yang diberikan kepada Kementerian BUMN menjadi yang terkecil dibandingkan seluruh kementerian.
Meski begitu, Erick menegaskan Kementerian BUMN tetap bekerja secara efisien dan kalkulatif. "Jika tidak keberatan, kami menginginkan bisa tetap dijaga di angka 300-an miliar, tidak terus menerus menurun seperti hari ini yang Rp194 miliar. Apalagi kalau melihat amanah yang diberikan Komisi VI, yang mana kami terus bisa memastikan pembukaan lapangan kerja, melakukan pendampingan kepada UMKM, dan terus juga menjaga proyek strategis nasional," kata Erick.
Editor : Eka L. Prasetya