SUKABUMI, iNewsSukabumi.id - Nasib pilu dialami Sugiyarti alias Sugiyem, nenek berusia 60 tahun yang tinggal di Kampung Padaasih, Desa Mekarasih, Kecamatan Simpenan, Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat.
Sugiyem harus berhenti menjadi guru honorer di tahun 2022 karena menderita penyakit asam urat dan gula darah kering.
Pengabdiannya sejak tahun 1982 silam terputus, kini ia pun terlihat pasrah karena tak lagi mempunyai bekal dan biaya untuk pengobatan penyakit yang dideritanya.
Nenek kelahiran Gunung Kidul, Yogyakarta menjadi guru terbaik pada masanya di Kampung Padaasih.
Kala itu, meskipun ia tidak mengajar karena sakit, siswanya kerap mendatangi rumahnya untuk meminta pelajaran.
"Suka tidak tahan air mata ketika ada anak yang datang ke rumah meminta diberikan pelajaran, padahal kan saya sudah tidak mengajar lagi karena kondisi kesehatan, tapi anak masih kerap datang karena alasan suka dengan pelajaran yang saya berikan," ungkap Sugiyem kepada iNewsSukabumi.id, Rabu (20/12/2023).
Sugiyem mengulas dedikasinya di dunia pendidikan Kabupaten Sukabumi, khususnya di SDN Mekarasih di Kampung Padaasih.
Saat awal mengajar, ia tidak menerima gaji sama sekali, menurutnya saat itu belum ada dana Bantuan Operasional Sekolah (BOS) untuk honor guru.
"Dulu ketika saya mulai mengajar di sekolah tanpa ada gajih yang saya terima, karena dulu kan belum ada dana pemerintah yang masuk ke sekolah, tetapi saya ikhlas saja karena kasian anak membutuhkan guru," tuturnya.
Selang beberapa tahun mengajar, Sugiyem mulai menerima honor sebesar Rp 350 ribu perbulan setelah ada dana BOS ke sekolah.
Terakhir, Sugiyem menerima honor sebesar Rp 500 ribu, tepat di tahun 2022 sebelum ia berhenti mengajar gara-gara sakit.
"Terakhir sebelum berhenti karna sakit menerima 500 ribu rupiah. Baru beberapa tahun ke sini saya mendapatkan upah ketika sekolah sudah mulai mendapatkan dana pemerintah, awalnya benar benar tak ada uang yang diterima tapi saya tetap jalani, kemarin alhamdulillah sudah mulai dapat lumayan besar, eh saya keburu sakit," urai Sugiyem, terlihat tak kuasa menahan tangis.
Akibat sakit yang dideritanya, Sugiyem pun berhenti dan pensiun mengajar sebagai guru honorer tanpa mendapatkan pesangon apa pun.
Ia pun hanya bisa tersenyum merasakan kebahagiaan teman seperjuangannya yang kini sudah ada yang menjadi ASN dan Pegawai Pemerintah dengan Perjanjian Kerja (PPPK), meskipun di sisi lain ia sedih karena tidak lagi bisa mengajar dan kebingungan untuk biaya berobat.
Sugiyem pun berharap ada bantuan dari Pemerintah Kabupaten Sukabumi untuk membantu pengobatan penyakit yang dideritanya.
"Saya sekarang hanya bisa pasrah dengan takdir yang Allah berikan, walaupun kadang hati ini masih meronta ingin mengajar, teman saya ada yang bernasib baik diangkat oleh pemerintah dan mendapatkan gaji rutin, saya hanya duduk dan menjalani kehidupan dengan penyakit yang diderita," katanya.
Sugiyem mengaku dari pihak K3S Kecamatan Simpenan sudah ada datang memberikan bantuan.
"Tapi kalau dari Dinas mah belum ada, mungkin tidak tahu atau gimana, yang jelas saya berharap ada bantuan untuk pengobatan, karena kalau sembuh saya ingin sekali mengabdikan diri lagi untuk pendidikan," pungkas Sugiyem.*
Editor : Ridwan