get app
inews
Aa Read Next : Profil Armand Hartono, Pribadi Sederhana Walau Banyak Harta

Preman Pensiun Ini Sukses Bangun Tambak Udang, Omzetnya Rp50 Miliar Per Tahun

Kamis, 14 April 2022 | 14:31 WIB
header img
Muhammad Iksan, akrab disapa Bang Mandor sukses membangun usaha tambak udang beromzet puluhan miliar rupiah. Foto: Youtube Helmy Yahya

BEKASI, iNewsSukabumi.id — Bekas preman bernama Muhammad Iksan atau yang akrab disapa Bang Mandor ini berhasil membangun tambak udang beromzet puluhan miliar rupiah. Bang Mandor dulunya memang preman, namun dia memutuskan untuk hijrah menuju kehidupan lebih berkah dengan usaha tambak udangnya.

Bang Mandor adalah pengusaha tambak asal Muaragembong, Bekasi. Di dalam tambaknya, terdapat lahan produksi udang vaname, rumput laut, dan bandeng. 

Dalam satu klaster tambaknya yang terdiri dari 10 hektare, jumlah udang yang diproduksi kurang lebih 150 ton per siklus tanam. Bahkan, hasil panen dalam satu klaster tersebut bisa mencapai Rp40 miliar-Rp50 miliar per tahunnya. 

"Udang itu kalo kita lihat dari demand dan profit penghasilannya luar biasa. Ini sampai orang-orang budidaya itu mengistilahkan, tidak ada yang mengalahkan penghasilan bisnis budidaya udang kecuali bandar narkoba," kata Iksan alias Bang Mandor, kami kutip dari channel Youtube Helmy Yahya Bicara yang tayang belum lama ini.  

Bang Mandor menceritakan perjalanan hidupnya tak mudah karena banyak rintangan yang menghadang. Dia sempat putus sekolah demi membantu orang tuanya berdagang asongan. Namun, sejak kecil, dirinya sudah dekat dengan tambak. 

"Karena setiap pulang sekolah zaman SD, selalu sempat mampir ke tambak. Dulu juga pernah punya tambak kecil-kecilan," ungkapnya. 

Sebelum mencapai kesuksesan seperti sekarang, Bang Mandor mengaku sering berkelahi di kampungnya. Tak tahan berantem terus, dia memutuskan untuk keluar kampung dan melanjutkan hidupnya di Pasar Senen sebagai pengamen dan preman. 

"Ya saya kabur dari kampung juga itu karena berantem mulu ribut terus. Termasuk mungkin saya, salah satu laki-laki ga tau yang lain ada cerita apa enggak, yang duel siang hari dengan senjata tajam di jalan raya. Alhamdulillah, mereka berdua yang lari," tuturnya. 

Akibat ulahnya tersebut, dia kerapkali berurusan dengan polisi. Tak ayal, orang tuanya selalu dikunjungi polisi. Akhirnya, dia pun memutuskan untuk keluar dari kampungnya. 

"Jadi saya keluar dari kampung itu bawa gitar satu. Boleh pinjam sama teman, sama bawa uang seribu perak itu di tahun 1998-1999," tambah Iksan. 

Namun, pindahnya dia ke Pasar Senen ternyata tidak membuat segalanya menjadi lebih mudah. Iksan bercerita, baru beberapa hari saja di sana, dia sudah dipukuli oleh preman di terminal. 

"Saya beraniin diri terjun ke terminal. Hari pertama aman saya ngamen, hari kedua aman, hari ketiga babak belur digebukin anak-anak. Sampe gitar yang saya minjem bawa dari kampung itu habis buat nangkisin botol ama batu. Sampe akhirnya ada polisi lepas tembakan ke atas, baru akhirnya lerai," kata Iksan. 

Ditempa pengalaman dan kehidupan yang keras selama bertahun-tahun lamanya, Iksan akhirnya tumbuh menjadi seorang preman besar di terminal, yang membuat dirinya berkuasa di banyak area. 

Kendati demikian, Iksan mengaku bahwa dirinya mendapatkan pencerahan setelah perjalanan spiritualnya. Bertobat, Iksan akhirnya meninggalkan profesinya sebagai preman. 

"Saya akhirnya mulai belajar bisnis dari menjadi pedagang asongan. Waktu hijrah itu selesai di seniman jalanan, saya ngasong pak dari situ saya belajar," tutupnya.

Editor : Eka L. Prasetya

Follow Whatsapp Channel iNews untuk update berita terbaru setiap hari! Follow
Lihat Berita Lainnya
iNews.id
iNews Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik lebih lanjut